Ekonomi

1. Tantangan Utama Ekonomi Indonesia 2025

A. Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat

  • Pertumbuhan Q1 2024: 5,11% (yoy), turun dari Q4 2023 (5,04%) – terendah dalam 3 tahun (BPS).
  • Penyebab:
    • Konsumsi rumah tangga melemah (inflasi tinggi).
    • Ekspor komoditas (nikel, batu bara) turun karena harga global.

B. Inflasi & Daya Beli Rakyat

  • Inflasi Juni 2024: 2,8% (yoy), tapi harga pangan lokal seperti beras (+18%), cabai (+34%), dan minyak goreng masih memberatkan.
  • Dampak:
    • 22,5 juta orang masuk kategori miskin ekstrem (bank data Kemensos).
    • Gizi buruk meningkat di daerah tertinggal (NTT, Papua).

C. Ketergantungan pada Impor

  • Paradoks SDA: Indonesia ekspor nikel/batu bara, tapi impor pangan besar-besaran (gandum, gula, bawang).
  • Risiko: Rentan krisis jika terjadi gejolak global (e.g., Perang Ukraina, supply chain disruption).

D. Utang & Defisit APBN

  • Utang pemerintah: Rp8.300 triliun (40% PDB) – terbesar sepanjang sejarah.
  • Subsidi energi: Rp500 triliun (2024) menggerus anggaran kesehatan/pendidikan.

 


 

2. Kebijakan Kontroversial

A. Omnibus Law Cipta Kerja

  • Klaim pemerintah: Memudahkan investasi, ciptakan lapangan kerja.
  • Kritik:
    • Upah buruh ditekan (sistem hourly wage).
    • Lingkungan dikorbankan (izin usaha diperlonggar).

B. Pemindahan IKN

  • Anggaran: Rp466 triliun (2022–2024) di tengah defisit APBN.
  • Debat: Proyek dianggap tidak urgent dibanding perbaikan infrastruktur Jawa-Sumatera.

C. Larangan Ekspor Nikel & CPO

  • Tujuan: Dorong industri hilir.
  • Efek samping:
    • Investor asing (EU) gugat lewat WTO.
    • Harga nikel dunia turun, pendapatan ekspor merosot.

 


 

3. Prospek & Solusi

A. Peluang 2024–2025

  • Bonus demografi: 70% penduduk usia produktif bisa jadi mesin pertumbuhan – jika disertai lapangan kerja.
  • EV Battery Hub: Potensi jadi pemain global baterai lithium (dengan investasi China).

B. Langkah Mendesak

✅ Reformasi subsidi: Alihkan dari BBM ke sektor produktif (pertanian, UMKM).
✅ Stop impor pangan: Revitalisasi lahan pertanian & benih unggul.
✅ Perkuat industri kecil: 64 juta UMKM tapi hanya 20% punya akses digital.
✅ Transparansi APBN: Tekan korupsi (e.g., kasus korupsi bansos Rp14 triliun).

C. Peringatan untuk Pemerintah Baru

  • Prabowo-Gibran harus pilih:
    • Ekonomi kerakyatan (subsidi, proteksi UMKM) vs.
    • Ekonomi neoliberal (pro-investor asing, pasar bebas).